Rabu, 15 Maret 2017

SUCCESS STORY PENGUSAHA JAMUR TIRAM



Mungkin masih belum banyak orang yang tahu jika sebenarnya berbisnis jamur tiram itu menjanjikan omset yang sangat menggiurkan. Selain budidaya jamur tiramnya sendiri yang menguntungkan, produk olahan berbahan dasar jamur tiramnya sendiri dapat menambah nilai jual jamur tiram makin laris manis dipasaran. Seperti Idih,pembudidaya jamur tiram dan produk olahannya di daerah curug, Bogor. Jamur yang dibudidayakannya diolah menjadi makanan olahan seperti bakso jamur, mie ayam jamur, batagor jamur, sate jamur, nugget jamur dan nasi goreng jamur.



Simak kisah para pebisnis budidaya jamur tiram yang sukses berikut ini:
  1. Tandri Kurniawan, pria yang berasal dari Riau ini sukses menjadi pengusaha jamur tiram setelah hijrah ke Bandung. Sebelum sukses menggeluti usaha jamur tiram mulanya Tandri berprofesi sebagai office boy di salah satu hotel Bandung. Dengan berani Tandri mencoba peruntungan berbudidaya jamur tiram di dalam rumah. Sejak tahu bahwa budidaya jamur tiram ternyata memiliki peluang usaha yang menjanjikan, Tandri menyewa bilik bambu yang mampu menampung 12.000 baglog jamur. Margin keuntungan yang kecil karena menjual hasil panen jamur tiramnya ke tengkulak membuat Tandri memutuskan untuk membuat produk olahan dari jamur tiram, keripik jamur. Pemasarannya dilakukan secara modern, menggunakan media sosial dan BBM grup. Dari hasil inovasinya Tandri mampu menjual habis 1.000-1.500 bungkus kripik jamur dengan harga berkisar Rp. 15.000-17.000 per bungkus kripik jamur. Keuntungan bersih yang didapatnya sekitar Rp. 4 juta perbulan, bandingkan jika ia harus menjual jamur tiram segarnya ke tengkulak, hanya memperoleh Rp. 600.000 per bulan. Sekarang Tandri mencoba melebarkan sayap pemasaran dengan mendistribusikannya ke minimarket.
  2. Kaiman, pengusaha jamur tiram asal Pasuruan dengan omset 300 jutaan/bulan. Siapa yang menyangka jika dulu Kaiman adalah seorang supir dan tukang ‘peras’ di desanya. Awal perkenalannya dengan dunia jamur karena diajak turut serta oleh temannya membudidaya jamur tiram. Lambat laun usaha budidaya jamur tiram Kaiman berkembang, sekarang sudah memiliki 3 pusat pembudidayaan jamur yakni di Bali, Desa Bulukandang dan Desa Dayurejo. Omset yang didapat Kaiman pun tak main-main, yakni berkisar 300-350 jutaan tiap bulannya dengan keuntungan bersih 30% dari omset, sedang sisanya untuk biaya operasional. Dari bisnis jamur tiram ini pula Kaiman mampu mempekerjakan 40 orang sebagai karyawannya. Pasar jamur tiramnya ia pasok ke Surabaya, Bali dan Balikpapan. Bahkan jamur tiram Kaiman sudah masuk ke pasar ekspor Korea dan China.
  3. Mintarya Sonjat, pengusaha jamur dan pendiri Solagracia yang awalnya hanya iseng-iseng membudidayakan jamur merang. Karena kesan baik yang diterima oleh masyarakat sekitar tinggalnya mengenai jamur merang, Mintarya mengembangkan usahanya. Kumbung jamur merang pertama yang ia bangun berukuran 1x2 m, sekarang menjadi 6x12 m hingga akhirnya ia mampu memanen jamur merang segar ataupun kering 50 kg per hari. Dari hasil panen jamur merang tiap bulannya Mintarya mampu membukukan omset Rp. 20-30 juta. Menurut pria asal Cianjur ini, tempat budidaya bukanlah kendala yang harus dikhawatirkan, buktinya ia mampu membudidayakan jamur merang di tempat yang berlokasi di dataran rendah.
  4. Fatoni, pengusaha bisnis waralaba jamur kriuk, produk olahan jamur tiram yang telah jatuh bangun di bidang usaha konstruksi dan penerbitan.  Sukses adalah cita-cita Fatoni, pria asal Purwokerto, Jawa Tengah ini. Perkenalannya dengan produk olahan jamur tiram yaitu ketika dia masih menjadi pengangguran dan hidup dirumah mertuanya yang sangat pandai mengolah makanan dan memiliki warung makan. Dengan mencari literatur-literatur mengenai peluang usaha makanan olahan, Fatoni memberanikan diri untuk membuka konsep franchise jamur kriuk im.
  5. Oka Widnya,  juragan jamur tiram asal Mengwi. Hasil panen jamur tiramnya sebanyak 1 ton perbulan mampu memenuhi kebutuhan pasar Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar, Bali.  Pria yang dulunya bekerja sebagai supervisor di perusahaan pembiayaan di Denpasar ini berkeyakinan bahwa ia mampu memanfaatkan potensi bisnis lokal yang ada dilingkungannya. Berbekal keyakinan tersebut ia mendirikan kumbung jamur pertamanya pada tahun 2012. Usaha budidaya jamur tiram yang awalnya dibangun di lahan 100 m2 itu sekarang berkembang di lahan 1000 m2. Oka dibantu ibu rumah tangga disekitarnya. Inovasi selalu dilakukan Oka sebagai upaya untuk menghasilkan jamur tiram berkualitas tinggi.
Masih banyak lagi para pengusaha jamur tiram diluar sana yang belum disebutkan. Mari kembangkan usaha jamur tiram/jamur konsumsi lainnya seperti merang, kuping, shiitake dengan memulai saat ini.